Kalau saja kenyataan ini tidak terjadi di hadapanku dan menimpa suamiku sendiri, niscaya aku takkan pernah bisa mempercayainya. Ya, bagaimana aku bisa percaya karena semua ini sungguh terjadi di luar batas logika. Karena keanehan ini pula aku bagaikan terasing dari suami yang dulu sangat mencintaiku.
“Maafkan Abang, Yati! Abang belum mendapatkan izin untuk menyentuh tubuhmu,” begitulah yang dikatakan oleh Bang Marsan, suamiku, setiap kali aku merengek meminta kemanjaan darinya.
Malangnya aku ini. Kalau tak salah hitung dan salah ingat, rasanya sudah hampir setahun kenyataan pahit dan menyesakkan ini terjadi. Bang Marsan yang dulu selalu bergairah mendadak seperti kehilangan gairahnya terhadap diriku. Dia tak mau lagi menyentuh tubuhku. Jangankan untuk mencumbuku, bahkan setiap malam aku dibiarkan kedinginan sendirian. Bang Marsan terus sibuk dengan ritualnya yang aneh itu. Belakangan, kepribadian Bang Marsan yang malah total berubah penuh keanehan. Aku sampai-sampai seperti tak mengenal lagi siapa dirinya. Jangankan untuk meminta kemanjaan darinya, bahkan untuk mendekatinya saja aku sudah tak sudi lagi.